Tendangan penalti sering kali menjadi momen penentu yang memisahkan antara kemenangan dan kekalahan dalam sepakbola. Di Liga Primer Inggris, tekanan saat
menghadapi situasi bola mati dari jarak 12 pas ini bisa sangat luar biasa, bahkan bagi pemain bintang sekalipun. Sejarah kompetisi ini mencatat nama-nama yang memiliki ketenangan luar biasa dengan rekor sempurna, namun juga tidak sedikit yang namanya tercoreng karena kegagalan fatal di titik putih.
Di sisi lain, fakta statistik juga mengungkapkan sisi kelam dari para eksekutor penalti. Beberapa nama besar ternyata memiliki rekor konversi gol yang cukup mengecewakan, bahkan masuk dalam kategori terburuk dalam sejarah kompetisi. Dari Juan Pablo Angel hingga Michael Owen, kita akan melihat bagaimana kegagalan penalti bisa menjadi noda dalam karier gemilang seorang pemain.
Melalui data komprehensif ini, Anda akan mendapatkan gambaran utuh mengenai seni tendangan penalti di kasta tertinggi sepakbola Inggris. Siapa yang bisa diandalkan saat genting, dan siapa yang sebaiknya menjauh dari titik putih? Mari kita telusuri daftar lengkapnya.
Klub Elite Eksekutor 100 Persen
Dalam sejarah Liga Primer, hanya segelintir pemain yang mampu mempertahankan rekor 100 persen gol dari titik penalti (dengan minimal 10 percobaan). Yaya Toure, mantan gelandang Manchester City, adalah pemimpin sejati kelompok elite ini. Ia sukses melesakkan 11 gol dari 11 kesempatan penalti, sebuah catatan sempurna yang menunjukkan ketenangan mental luar biasa di momen-momen krusial.
Raul Jimenez dari Fulham baru saja menyamai rekor sempurna Toure pada Desember 2025. Penyerang asal Meksiko ini juga mencatatkan 11 gol dari 11 penalti, membuktikan dirinya sebagai salah satu striker paling dingin di depan gawang. Konsistensi Jimenez dalam mengeksekusi penalti menjadi aset berharga bagi setiap tim yang dibelanya.
Cole Palmer sempat menjadi fenomena dengan mencetak 12 penalti beruntun, melampaui rekor Toure. Namun, rekor sempurnanya harus terhenti secara dramatis saat penaltinya yang ke-13 berhasil diselamatkan kiper lawan pada Maret 2025. Meski gagal mempertahankan rekor 100 persen, Palmer tetap menjadi salah satu penendang penalti terbaik di generasinya dengan rasio keberhasilan 92,9 persen.
Ivan Toney dan Bryan Mbeumo juga sempat berada di jalur rekor sempurna sebelum akhirnya gagal di percobaan ke-11 mereka. Ivan Toney, yang dikenal dengan teknik penaltinya yang unik, harus merelakan rekor 100 persennya pupus pada April 2023. Meski demikian, nama-nama ini tetap menjadi momok menakutkan bagi penjaga gawang lawan setiap kali wasit menunjuk titik putih.
Daftar Pemain dengan Rekor Penalti Sempurna (Min. 10 Gol)
| Nama Pemain |
Klub |
Gol/Percobaan |
Persentase |
| Yaya Toure |
Man City |
11/11 |
100 persen |
| Raul Jimenez |
Fulham/Wolves |
11/11 |
100 persen |
| Dimitar Berbatov |
Spurs/Man Utd |
9/9 |
100 persen |
Nyaris Sempurna: Legenda dan Bintang Modern
Matt Le Tissier sering dianggap sebagai salah satu penendang penalti terbaik sepanjang masa. Statistiknya memang luar biasa: 25 gol dari 26 percobaan, dengan rasio keberhasilan 96,2 persen. Satu-satunya kegagalan Le Tissier terjadi pada Maret 1993, saat tendangannya digagalkan oleh kiper Nottingham Forest Mark Crossley. Meski gagal sekali, reputasinya sebagai algojo penalti yang dingin tetap tak tergoyahkan.
Di era modern, Harry Kane memiliki catatan yang sangat impresif dengan mencetak 33 gol dari 37 penalti (89,2 persen). Konsistensi Kane selama bertahun-tahun menjadikannya salah satu striker paling produktif dari titik putih. Begitu pula dengan Thierry Henry, legenda Arsenal yang mencetak 23 gol dari 25 penalti (92 persen). Uniknya, dua kegagalan Henry semuanya disebabkan bola membentur tiang gawang, bukan karena ditepis kiper.
Callum Wilson juga layak disebut sebagai salah satu yang terbaik dengan rasio 94,1 persen (16 gol dari 17 percobaan). Satu-satunya kegagalannya terjadi pada 2018. Statistik ini menempatkan Wilson di jajaran atas penendang penalti paling akurat di Liga Primer saat ini, bersaing dengan nama-nama besar lainnya.
Nama lain yang patut diperhitungkan adalah Danny Murphy dengan rekor 94,7 persen (18/19) dan Julian Dicks dengan 93,8 persen (15/16). Dicks, yang dikenal dengan tendangan kerasnya, hanya gagal sekali saat menghadapi David Seaman. Deretan nama ini membuktikan bahwa kombinasi teknik, kekuatan mental, dan keberuntungan adalah kunci sukses seorang eksekutor penalti.
Eksekutor Penalti Terbaik (Rasio > 90 persen)
| Nama Pemain |
Gol/Percobaan |
Persentase |
| Matt Le Tissier |
25/26 |
96,2 persen |
| Danny Murphy |
18/19 |
94,7 persen |
| Callum Wilson |
16/17 |
94,1 persen |
| Cole Palmer |
13/14 |
92,9 persen |
| Thierry Henry |
23/25 |
92,0 persen |
Fakta Unik dan Rekor Penalti
Alan Shearer memegang rekor sebagai pencetak gol penalti terbanyak dalam sejarah Liga Primer dengan 56 gol. Namun, ia juga memegang rekor sebagai pemain yang paling sering gagal, dengan 11 kali kegagalan. Statistik ini wajar mengingat Shearer adalah pemain yang paling sering mengambil tendangan penalti (67 kali) sepanjang sejarah kompetisi.
Justin Kluivert mencatatkan sejarah unik pada November 2024 dengan menjadi pemain pertama yang mencetak hat-trick penalti dalam satu pertandingan Liga Primer. Prestasi langka ini terjadi saat Bournemouth menghadapi Wolves, di mana ketiga penalti tersebut juga dimenangkan oleh satu pemain yang sama, Evanilson. Ini adalah anomali statistik yang mungkin sulit terulang kembali dalam waktu dekat.
Di sisi lain, Aleksandar Mitrovic memiliki catatan kelam pada musim 2022/23. Ia menjadi pemain pertama yang gagal mengeksekusi empat penalti dalam satu musim kompetisi Liga Primer. Kegagalan beruntun ini membuat rasio konversinya menurun drastis dan menempatkannya dalam sorotan negatif terkait kemampuan eksekusi bola mati.
Pemain legendaris Brasil, Juninho Paulista, memiliki rekor yang cukup memalukan dari titik putih. Ia tercatat mengambil empat penalti di Liga Primer dan gagal menceploskan semuanya (0 persen keberhasilan). Ini menjadikannya salah satu penendang penalti terburuk secara statistik, bersaing dengan Paul Merson dan Mike Newell yang juga memiliki rekor kegagalan 100 persen dari tiga percobaan.
Daftar Hitam Eksekutor Terburuk
Gelar eksekutor penalti terburuk dalam sejarah Liga Primer (dengan minimal 10 percobaan) jatuh kepada Juan Pablo Angel. Mantan striker Aston Villa ini hanya mampu mencetak 5 gol dari 10 kesempatan penalti, memberikan rasio keberhasilan yang sangat rendah yaitu 50 persen. Momen terburuknya terjadi pada Februari 2005, saat dua penaltinya dalam satu pertandingan berhasil digagalkan oleh Edwin van der Sar hanya dalam selang waktu kurang dari enam menit.
Nama-nama besar lainnya juga masuk dalam daftar ini. Steed Malbranque dan Dwight Yorke sama-sama memiliki rasio keberhasilan hanya 60 persen (6 gol dari 10 percobaan). Kevin Phillips, meski dikenal sebagai striker tajam, hanya mampu mencetak 11 gol dari 18 penalti (61,1 persen). Paul Pogba juga mengecewakan fans Manchester United dengan gagal 4 kali dari 11 kesempatan penalti (63,6 persen).
Michael Owen, pemenang Ballon d'Or, ternyata memiliki rekor penalti yang cukup buruk di antara pemain yang mengambil lebih dari 20 penalti. Ia hanya mencetak 14 gol dari 21 percobaan, dengan rasio keberhasilan 66,7 persen. Statistik ini menempatkannya di bawah standar rata-rata penendang penalti elit Liga Primer.
Daftar ini menjadi pengingat bahwa nama besar dan kemampuan mencetak gol dalam permainan terbuka (open play) tidak selalu berbanding lurus dengan kemampuan mengeksekusi penalti. Tekanan mental dan duel psikologis dengan kiper sering kali menjadi faktor penentu yang membuat pemain bintang sekalipun bisa gagal total.
Eksekutor Penalti Terburuk (Min. 10 Percobaan)
| Nama Pemain |
Gol/Percobaan |
Persentase |
| Juan Pablo Angel |
5/10 |
50,0 persen |
| Steed Malbranque |
6/10 |
60,0 persen |
| Dwight Yorke |
6/10 |
60,0 persen |
| Kevin Phillips |
11/18 |
61,1 persen |
| Paul Pogba |
7/11 |
63,6 persen |
Analisis Tren dan Teknik
Melihat data historis, terlihat adanya evolusi dalam teknik pengambilan penalti. Pemain-pemain modern seperti Ivan Toney dan Cole Palmer cenderung menggunakan teknik stutter-run atau menunggu pergerakan kiper sebelum menendang. Teknik ini terbukti efektif meningkatkan rasio gol, meski risiko kegagalannya juga tetap ada jika kiper tidak tertipu.
Sementara itu, pemain era 90-an seperti Matt Le Tissier dan Julian Dicks lebih mengandalkan presisi sudut atau kekuatan tendangan (power). Le Tissier dikenal dengan akurasi penempatan bolanya yang luar biasa ke sudut gawang yang sulit dijangkau kiper, sedangkan Dicks lebih suka menghantam bola sekeras mungkin. Kedua pendekatan ini terbukti sama-sama bisa menghasilkan rasio gol yang tinggi.
Faktor psikologis kiper juga semakin berperan penting. Analisis data dan video membuat kiper masa kini lebih siap membaca arah tendangan lawan. Hal ini memaksa para eksekutor untuk terus berinovasi dan memvariasikan teknik mereka agar tidak mudah terbaca. Kegagalan pemain seperti Mitrovic mungkin disebabkan oleh kurangnya variasi yang membuatnya mudah diantisipasi oleh kiper lawan.
Kesimpulannya, menjadi eksekutor penalti yang andal membutuhkan kombinasi unik antara teknik yang matang, ketenangan mental, dan kemampuan beradaptasi. Rekor sempurna Yaya Toure dan Raul Jimenez adalah standar emas yang sulit dicapai, sementara kegagalan Juan Pablo Angel menjadi pelajaran berharga tentang betapa kejamnya titik putih bagi mereka yang tidak siap.